Wednesday, July 29, 2009

Implikasi Di Balik Teror Bom di Marriott dan Ritz Carlton

Setelah beberapa tahun aman dari teror bom, kali ini Indonesia kembali harus menghadapi peristiwa yang sangat menyedihkan. Jumat pagi ini (17/07) dua bom meledak di Jakarta pada dua tempat berbeda dan pada saat hampir bersamaan, yaitu Hotel JW Marriott di kawasan Mega Kuningan dan Hotel Ritz Carlton di kawasan SBCD. Akibatnya jatuh puluhan korban luka dan beberapa korban tewas, sebagiannya adalah warga asing. Hingga artikel ini diturunkan, diperkirakan korban masih terus bertambah.

Situasi keamanan Indonesia yang kondusif walau baru saja melalui pelaksanaan Pemilu legislatif dan presiden pada tahun 2009 ini harus terkoyak oleh ledakan bom berjenis high exlposive yang menurut dugaan sementara oleh kepolisian Indonesia adalah bom bunuh diri.

Saat ini pihak kepolisian masih belum berani memastikan pengeboman itu dilakukan pihak teroris karena belum ada laporan tentang pihak yang mengaku bertanggung jawab.

Jika ditilik dari peristiwa tersebut, tampaknya teror bom di dua hotel mewah bertaraf Internasional ini memiliki kesamaan dengan teror bom sebelumnya yang pernah terjadi di Indonesia. Karena tampaknya sasaran kedua bom tersebut adalah warga asing yang memang banyak menginap atau mengunjungi kedua hotel itu. Hal ini tidak pelak mengingatkan kita pada teror bom beberapa tahun lalu di tempat yang sama, Hotel JW Marriot pada tahun 2003 yang menewaskan sejumlah warga asing.

Juga teror bom di Bali yang terjadi dua kali yaitu pada tahun 2002 dan 2005. Begitu pula bom di kedutaan besar Australia pada tahun 2004 yang walau gagal menelan korban asing namun menewaskan banyak bangsa kita. Tampaknya tidak hanya orang asing yang menjadi sasaran tetapi juga pemilihan dua hotel internasional itu memang disengaja.

Seperti dikatakan oleh pengamat intelijen AC Manullang dalam sebuah media online bahwa kedua hotel itu memiliki banyak cabang di dunia sehingga peristiwa yang menimpa hotel tersebut akan secara otomatis jadi perbincangan di seluruh penjuru dunia.

Walau pihak kepolisian hingga saat ini belum memastikan siapa pelaku teror bom Marriott dan Ritz-Carlton, nemun melihat kemiripan modusnya dengan teror sebelumnya, dapat diduga sebagian pihak mencurigai kelompok Jamaah Islamiyah (JI) sebagai pelaku. Mengutip berita (17/07) dari sebuah media online Australia, pengamat terorisme Rohan Gunaratna, pimpinan International Centre for Political Violence and Terrorism Research, sebuah lembaga penelitian yang berbasis di Singapura dengan yakin menyatakan JI di belakang teror bom tersebut.

Namun dalam berita yang sama itu, seorang analisis Australia yaitu Dr. Carl Ungerer justru menduga kelompok sempalan JI adalah pelaku sebenarnya lantaran berbeda pendapat dengan beberapa pimpinan JI. Sidney Jones, pengamat teroris yang berbasis di Jakarta pun menyatakan masih terlalu awal menyimpulkan JI di belakang teror bom itu.

Memang dugaan-dugaan tersebut di atas masih diselidiki kebenarannya, namun yang jelas kejadian yang menyedihkan ini membuat mata kita terbuka bahwa Indonesia sebenarnya masih belum aman.

Yang jelas teror bom di dua hotel ini membuyarkan pendapat sebagian pihak bahwa ancaman teror di Indonesia telah mereda dengan banyaknya penangkapan terhadap para anggota JI atau organisasi yang berkaitannya dalam beberapa tahun terakhir ini. Bahkan bukan tidak mungkin ada pelaku lain yang tidak berkaitan dengan organisasi JI sengaja melakukan teror di Indonesia dengan tujuan-tujuan tertentu yang belum diketahui.

Tidak peduli siapa pun pelaku atau apa pun tujuan teror bom itu, Indonesia jangan sampai kembali terpuruk ke dalam kondisi kekacauan politik, keamanan, ekonomi dan juga SARA seperti yang pernah terjadi beberapa tahun lalu. Oleh karena itu, pihak keamanan Indonesia harus segera mengungkapkan dan menangkap pelaku teror bom Marriott dan Ritz-Carlton ini. Juga segala lapisan masyarakat bersama pemerintah harus merapatkan barisan untuk menjaga Indonesia agar tetap aman dan kondusif.

No comments:

Post a Comment