Wednesday, July 29, 2009

Implikasi Di Balik Teror Bom di Marriott dan Ritz Carlton

Setelah beberapa tahun aman dari teror bom, kali ini Indonesia kembali harus menghadapi peristiwa yang sangat menyedihkan. Jumat pagi ini (17/07) dua bom meledak di Jakarta pada dua tempat berbeda dan pada saat hampir bersamaan, yaitu Hotel JW Marriott di kawasan Mega Kuningan dan Hotel Ritz Carlton di kawasan SBCD. Akibatnya jatuh puluhan korban luka dan beberapa korban tewas, sebagiannya adalah warga asing. Hingga artikel ini diturunkan, diperkirakan korban masih terus bertambah.

Situasi keamanan Indonesia yang kondusif walau baru saja melalui pelaksanaan Pemilu legislatif dan presiden pada tahun 2009 ini harus terkoyak oleh ledakan bom berjenis high exlposive yang menurut dugaan sementara oleh kepolisian Indonesia adalah bom bunuh diri.

Saat ini pihak kepolisian masih belum berani memastikan pengeboman itu dilakukan pihak teroris karena belum ada laporan tentang pihak yang mengaku bertanggung jawab.

Jika ditilik dari peristiwa tersebut, tampaknya teror bom di dua hotel mewah bertaraf Internasional ini memiliki kesamaan dengan teror bom sebelumnya yang pernah terjadi di Indonesia. Karena tampaknya sasaran kedua bom tersebut adalah warga asing yang memang banyak menginap atau mengunjungi kedua hotel itu. Hal ini tidak pelak mengingatkan kita pada teror bom beberapa tahun lalu di tempat yang sama, Hotel JW Marriot pada tahun 2003 yang menewaskan sejumlah warga asing.

Juga teror bom di Bali yang terjadi dua kali yaitu pada tahun 2002 dan 2005. Begitu pula bom di kedutaan besar Australia pada tahun 2004 yang walau gagal menelan korban asing namun menewaskan banyak bangsa kita. Tampaknya tidak hanya orang asing yang menjadi sasaran tetapi juga pemilihan dua hotel internasional itu memang disengaja.

Seperti dikatakan oleh pengamat intelijen AC Manullang dalam sebuah media online bahwa kedua hotel itu memiliki banyak cabang di dunia sehingga peristiwa yang menimpa hotel tersebut akan secara otomatis jadi perbincangan di seluruh penjuru dunia.

Walau pihak kepolisian hingga saat ini belum memastikan siapa pelaku teror bom Marriott dan Ritz-Carlton, nemun melihat kemiripan modusnya dengan teror sebelumnya, dapat diduga sebagian pihak mencurigai kelompok Jamaah Islamiyah (JI) sebagai pelaku. Mengutip berita (17/07) dari sebuah media online Australia, pengamat terorisme Rohan Gunaratna, pimpinan International Centre for Political Violence and Terrorism Research, sebuah lembaga penelitian yang berbasis di Singapura dengan yakin menyatakan JI di belakang teror bom tersebut.

Namun dalam berita yang sama itu, seorang analisis Australia yaitu Dr. Carl Ungerer justru menduga kelompok sempalan JI adalah pelaku sebenarnya lantaran berbeda pendapat dengan beberapa pimpinan JI. Sidney Jones, pengamat teroris yang berbasis di Jakarta pun menyatakan masih terlalu awal menyimpulkan JI di belakang teror bom itu.

Memang dugaan-dugaan tersebut di atas masih diselidiki kebenarannya, namun yang jelas kejadian yang menyedihkan ini membuat mata kita terbuka bahwa Indonesia sebenarnya masih belum aman.

Yang jelas teror bom di dua hotel ini membuyarkan pendapat sebagian pihak bahwa ancaman teror di Indonesia telah mereda dengan banyaknya penangkapan terhadap para anggota JI atau organisasi yang berkaitannya dalam beberapa tahun terakhir ini. Bahkan bukan tidak mungkin ada pelaku lain yang tidak berkaitan dengan organisasi JI sengaja melakukan teror di Indonesia dengan tujuan-tujuan tertentu yang belum diketahui.

Tidak peduli siapa pun pelaku atau apa pun tujuan teror bom itu, Indonesia jangan sampai kembali terpuruk ke dalam kondisi kekacauan politik, keamanan, ekonomi dan juga SARA seperti yang pernah terjadi beberapa tahun lalu. Oleh karena itu, pihak keamanan Indonesia harus segera mengungkapkan dan menangkap pelaku teror bom Marriott dan Ritz-Carlton ini. Juga segala lapisan masyarakat bersama pemerintah harus merapatkan barisan untuk menjaga Indonesia agar tetap aman dan kondusif.

FAKTA TENTANG SI SURIP


Ternyata Mbah Surip ini adalah orang pinter lho. Dia adalah Insinyur Kimia dari Universitas Sunan Giri Surabaya, lalu belajar S2 filsafat dan mendapat gelar MBA. Selain itu dia juga mempelajari ilmu Geologi.

Selepas kuliah, lalu dia bekerja di berbagai bidang, seperti di bidang kelistrikan, bangunan, pengeboran minyak, tambang berlian, emas, dan lain-lain. Bahkan dia pernah bekerja di luar negeri seperti Kanada, Yordania dan Amerika. Di Amerika itulah pada tahun 1983 dia menciptakan lagu 'Tak Gendong' yang sekarang ngetop.

Pulang dari kerja diluar negeri, Mbah Surip banting stir kebidang seni. Dia hijrah ke Jakarta dan sempat jadi pengamen di Blok M dan bergabung dalam berbagai komunitas seniman. Disitulah dia akhirnya mendapat rezeki untuk rekaman.

Mbah Surip bukan penyanyi kemarin, bukan penyanyi instant yang baru bikin beberapa lagu, punya modal duit untuk promo, masuk TV dan langsung ngetop. Perjalanan profesionalnya dalam bermusik dimulai sejak tahun 1997 dengan album rekaman pertama berjudul 'Ijo Royo-royo'. Kemudian dilanjutkan dengan album 'Indonesia I' (1998), 'Reformasi' (1998), 'Tak Gendong' (2003) dan 'Barang Baru' (2004).

Mbah Surip sebelumnya memang tidak begitu populer. Mungkin awalnya yang mengenal penyanyi ini hanya orang yang suka dengan yang nyentrik-nyentrik seperti penampilan rasta si Mbah ini. Tapi tahukah Anda kalau dia pernah juga main sebagai figuran di sinetron dan beberapa kali tampil di televisi dalam acara musik atau talk show. Dia juga pernah memegang rekor MURI untuk kategori menyanyi terlama (menyanyi selama 60 jam tahun 2005).

Dan sekarang ditahun 2009 ini lagu-lagu Mbah Surip dibeli hak pengelolaannya oleh Falcon Music. Yaitu perusahaan yang juga memiliki hak pemasaran beberapa lagu dari penyanyi/band tenar dan legendaris seperti Iwan Fals, Rhoma Irama, Ridho Rhoma 'Sonet2', Elvi Sukaesih, Koes Plus serta Bimbo.

Bersama Falcon, lagu 'Tak Gendong' Mbah Surip dipopulerkan kembali dengan dibuatkan video klip versi baru yang menyertakan bintang film tenar didalamnya, lalu klip lagu ini diputar diseluruh televisi. Dan... berhasil menjadi lagu yang paling dicari dan mudah diingat tua dan muda. Hasilnya lagu 'Tak Gendong' ini menurut Falcon telah menempati top 5 RBT (ring back tone) download pada seluruh jaringan operator telepon selular di Indonesia !. Lagu lama yang dulu kurang dikenal, kini menjadi populer dengan promosi yang gencar.

Kepopuleran Mbah Surip belakangan ini membuatnya rajin diundang acara dimana-mana. Di TV sering sekali kita melihat wajahnya dalam acara musik. Bahkan dalam diskusi politik selepas pilpres kemarin, si Mbah berusia 60 tahun ini juga diundang oleh salah satu stasiun TV untuk menyanyi dan ber-haa haa haa serta tak lupa ber- I Love You Full....

Menurut saya, Mbah Surip pantas menjadi salah satu icon musisi Indonesia yang mencapai sukses dengan proses yang panjang dan keras. Dan biasanya penyanyi seperti ini akan tahan lama dan terus dikenang. (sb-dari berbagai sumber)

Mbah surip

Biografi :

Namanya menjadi populer berkat lagu Tak Gendong yang sering diputar di televisi. Penampilan Mbah Surip, demikian ia biasa dipanggil yang unik juga jadi salah satu ciri khasnya. Dengan rambut rasta ala penyanyi reggae dan tawanya yang lepas menjadi ciri dari Mbah Surip.

Dilahirkan di Mojokerto, 5 Mei 1949 dengan nama asli Urip Ariyanto adalah duda dengan empat orang anak sekaligus kakek dari empat cucu. Sebelum menjadi seniman, Mbah Surip menjalani berbagai macam profesi. Mulai pekerjaan di bidang pengeboran minyak, tambang berlian bahkan lelaki yang memiliki gelar Drs, Insinyur dan MBA ini pernah mengadu nasib di luar negeri seperti Kanada, Texas, Yordania, dan California.

Dalam perjalanan bermusiknya, ia telah mengeluarkan beberapa album yang dimulainya sejak 1997. Beberapa albumnya antara lain, IJO ROYO-ROYO (1997), INDONESIA I (1998), REFORMASI (1998), TAK GENDONG (2003) dan BARANG BARU (2004).

Tak Gendong sendiri ia ciptakan pada 1983 saat Mbah Surip bekerja di Amerika Serikat. Menurut Mbah Surip lagu ini memiliki makna filosofi tersendiri, yakni belajar salah.

Sid vicious

Sid Vicious (nama asli: John Simon Ritchie-Beverely, lahir di London, Inggris, 10 Mei 1957 – wafat di New York, Amerika Serikat, 2 Februari 1979 pada umur 21 tahun) adalah penyanyi dan basiss punk asal Inggris yang merupakan anggota band Sex Pistols.


Biografi

latar belakang

John Simon Ritchie-Beverrly lahir di London pada 10 Mei 1957 ibunya adalah anne, tapi Sid kecil lahir tanpa didahului stastus perkawinan sah dari kedua ortunya.

Sang ibu, yang punya nama gadis Anne Randall, tertarik dengan seorang lelaki yang bernama John Ritchie sewaktu masih tinggal di London sebelah Tenggara. Pertemuannya ditandai dengan masuknya Anne ke dalam Angkatan Udara Kerajaan Inggris. Mereka tinggal bersama di kawasan Lee Green. Dan dari hubungan itulah Sid lahir.

Sayangnya, begitu lahir, John yang harusnya bertanggung jawab malah pergi meninggalkan Anne. Jadi, Sid yang dulu masih dipanggil Simon cuma punya Anne sebagai orang tua yang membesarkanya. Ketika Sid berumur tiga tahun, dia dibawa jalan-jalan sama ibunya ke Ibiza, Spanyol. Ceritanya, Anne pengen keluar dari masalah yang dialaminya di London. Eh, bukannya seneng, Anne malah tambah dililit utang. Akhirnya dia terpaksa pulang dan hidup bersama ibunya. Buat hidup, dia bekerja di sebuah pub jazz.


sekolah

Sid juga udah mulai masuk SD di Soho Primary School. Tapi toh akhirnya Sid harus berpindah-pindah sekolah gara-gara terus-terusan jadi korban ejekan teman sekolahnya. Nggak heran kalo Sid lebih memilih jadi penyendiri.

Sebenernya setelah itu Sid dan ibunya Anne hampir aja bernasib mujur gara-gara Anne diajak kawin sama Chris Beverley, seorang pria mapan asal Oxford yang juga berniat mengadopsi Sid . Eh, begitu Simon mau diadopsi, Chris ini meninggal karena sakit. Anne yang udah ganti nama jadi Anne Beverly pun sendirian lagi. Tapi kali ini kehidupan mereka lebih mapan karena Chris berasal dari keluarga kaya. Simon pun masuk di sekolah swasta yang mahal.


Drop out

Tapi bersekolah di sekolah orang kaya ternyata malah membentuk jiwa Simon (Sid) jadi pembangkang. Mungkin dia udah muak sama peraturan sekolah itu yang kelewat ketat. Contohnya aja, dia cuek biang ke senior-seniornya kalo dia udah nggak percaya lagi sama yang namanya Tuhan.

Udah gitu, di umur 14 tahun dia mulai suka melakukan hal-hal aneh di kamarnya. dia suka banget pake baju perempuan sambil ngaca. "Tapi gue cuma ngelakuinnya sekitar dua bulan. Gak tau kenapa, gue suka eksperimen dengan seks. Gue nggak tertarik dengan straight sex waktu itu," kata Simon.

Anne kebingungan menghadapi perubahan sikap Simon. Bayangin aja, keluar masuk sampai lima sekolah dan selalu bayar mahal untuk pendaftarannya. Tau diri, Akhirnya Simon memutuskan untuk men-DO-kan diri dan mulai bekerja serabutan. Pekerjaan pertamanya adalah sebagai buruh di sebuah pabrik. Tapi nggak lama, Simon pun pengen sekolah lagi. Dia akhirnya nekat ngambil sekolah fotografi di Hackney College of Futher Education.

Disinilah dia bertemu dengan John Lydon yang jadi sohib kentalnya bertahun-tahun. Bersamanya, dia terobsesi dengan musik glam rock yang dulu diusung Marc Bolan dan David Bowie.

Saking gilanya dengan David Bowie, kamar Simon juga dipenuhi poster Bowie. Karena seneng sama keluarga kecil Simon, John akhirnya memutuskan untuk tinggal di kamar Simon. Mereka berdua sering ngelakuin hal gila kayak bereksperimen dengan dandanan. Simon asik ngecat kukunya dengan pernis yang mengkilat dan jalan-jalan pake sendal. Trus si John sibuk bikin rambutnya jadi kriwil-kriwil jadi gede banget.


Ganti nama

Karena kelakuan Simon makin gila, Anne dan Simon melakukan "gencatan senjata". Hasilnya, mereka berdua sepakat untuk berpisah sementara. Simon gantian tinggal sama John di belakang stasiun kereta api. Lewat John pulalah Simon berganti nama menjadi Sid Vicious. Konon, nama Sid diambil dari nama tikus piaraan John. Sementara Vicious dikasih gara-gara tikus itu pernah menggigit tangan bokap John. Jadilah Sid Vicious.

Pertemanan mereka berdua emang unik karena saling mengisi. John menularkan sifat humorisnya kepada Sid yang penyendiri. Sementara John jadi ketularan cool dan sedikit punya dark side. Tapi mereka berdua punya kesamaan. Dan apalagi kalo bukan narkoba. Mereka berdua pernah nenggak speed dalam suatu pesta. Eh, begitu digerebek polisi, Sid dan John malah nyerang tuh police sampe gigi depannya copot.

Untuk melanjutkan hidup, mereka berdua kerja serabutan lagi. Dari kerja direstoran, toko sepatu sampe ngamen di stasiun kereta bawah tanah pun mereka lakoni. Ada yang Lucu soal ngamen di stasiun kereta. Ceritanya Sid udah siap dengan gitar, sementara John udah siap dengan biolanya. Tapi ada satu masalah. Mereka sama sekali nggak bisa memainkannya. Man, yang ada mereka cuma joget-joget sambil megang instrumen itu sambil nyanyiin sebuah lagu dari Alice Cooper berulang-ulang.

Kalo cara-cara diatas masih kurang juga, Sid nggak takut ngelanggar hukum juga. Dia nekat jadi bandar narkoba walaupun dalam jumlah yang sedikit. Gilanya lagi, Sid kadang juga nekat nyari duit di bar gay. Dia kadang rela ditanggap kalo lagi mabok dan dapet duit darisana.

Di saat itu Sid dan John juga punya geng yang suka nongkrong di suatu toko clothing di kawasan King’s Road. Toko yang punya nama Sex ini nantinya akan jadi titik awal masuknya Sid ke Sex Pistols. Geng Sid isinya empat orang yang menamakan dirinya Four John. Four John disini adalah karena anggotanya semua bernama John . Seperti yang sudah disebut, Sid punya nama John Simon, terus ada John Lydon, John Wardle dan John Gray.

Pemilik Sex, Malcolm McLaren dan Vivienne Westwood udah ngerti banget kalo keempat orang ini gila semua. Mereka benci yang namanya kemewahan dan glamoran kalangan jet set Inggris. Terus kadang mereka suka iseng ngebakar tangan mereka dengan rokok dan hal-hal menyakitkan lainnya.

Tuesday, July 28, 2009

Biografi Mark Hoppus

Mark Hoppus

Markus Allen Hoppus (lahir di Ridgecrest, California, 15 Maret 1972; umur 37 tahun) adalah musisi Amerika yang membentuk band beraliran punk rock, Blink-182, dan band beraliran rock alternatif, +44. Dia bermain bass di kedua band tersebut.


Biografi

Ketika Mark berumur 15 tahun, ia mendapatkan bass pertamanya sebagai hadiah ulang tahun dari ayahnya. Mark belajar bass dengan cara otodidak. Pada bulan Agustus 1992, adik Mark yang bernama Anne memperkenalkannya pada Tom DeLonge.

Pada tahun 1992, Mark dan Tom bertemu dengan Scott Raynor. Lalu mereka bertiga sepakat untuk membuat grup musik yang dinamakan Blink-182.

Pada tahun 1996, Scott Raynor terkena penyakit yang disebabkan oleh minuman keras. Scott harus keluar dari Blink-182 untuk menjalani rehabilitasi. Scott keluar pada tahun 1997 setelah Blink-182 merilis album Dude Ranch.

Pada tahun 1997, Blink-182 melakukan tur bersama The Aquabats. Di situ mereka bertemu dengan Travis Barker, drummer untuk The Aquabats. Mereka menawarkan Travis untuk menjadi drummer di band Blink-182 dan Travis pun menerima tawarannya.

Pada Februari 2005, Blink-182 bubar. Mark dan Travis membuat band yang alirannya tidak jauh beda dengan Blink-182, bersama Shane Gallagher dan Craig Fairbaugh. Band itu diberi nama +44.


Bantuan ke band lain

Mark pernah bernyanyi sebagai vokal latar pada lagu MxPx yang berjudul "Wrecking Hotel Room" dalam album "Panic". Dan lagu "Empire" untuk soundtrack The Passion of The Christ. Mark juga membantu Simple Plan untuk lagu "I'd Do Anything" dalam album "No Pads, No Helmets...Just Balls".

Keluarga

Mark menikah dengan Skye Everly pada 2 Desember, 2000. Mark mempunyai anak yang bernama Jack Hoppus yang lahir pada 5 Agustus 2002. Mark tinggal di Los Angels dan dengan studio yang merekam album +44.

Biografi Billie joe armstrong

Billie Joe Armstrong lahir 17 februari 1972, adalah penyanyi dan pemain gitar dari grup musik Green Day.

Biografi ..

Armstrong adalah anak paling muda dari enam bersaudara, lahir di Oakland, California, dan diasuh di Rodeo, California. Ayahnya, Andy Armstrong, adalah pemain musik jazz dan supir truk, telah meninggal karena kanker ketika Armstrong berumur 10 tahun. Ibunya, Ollie Jackson, adalah pelayan di sebuah restoran bernama Rod's Hickory Pit, tempat dimana Billie dan temannya Mike Dirnt bekerja di masa remaja mereka. Rod's Hickory Pit adalah tempat dimana Armstrong dan band nya Sweet Children tampil pertama kali. Ibunya, Ollie salah menulis nama ketika Billie lahir. Dia memberikan nama Billie yang seharusnya di tulis Billy. Armstrong adalah satu-satunya anggota di band Green Day yang menggunakan nama aslinya. Kedua temannya, Michael Ryan Pritchard (Mike Dirnt) dan Frank Edwin Wright III (Tré Cool), telah mengganti nama mereka.


Kehidupan pribadi

Pada tahun 2007, Armstrong berumur 35 tahun dan telah menjadi anggota band Green Day selama 18 tahun. Armstrong menikah dengan Adrienne Nesser pada tanggal 2 Juli 1994. Pesta pernikahannya hanya berlangsung selama 5 menit. Satu hari setelah mereka menikah, Adrienne hamil dan pada bulan Maret 1995, ia melahirkan anak pertama mereka, Joseph Marciano Armstrong (lahir 15, Maret, 1995). Tiga tahun kemudian, mereka mempunyai anak kedua, Jakob Danger Armstrong (lahir 12, September 1998).

Adrienne lahir pada bulan Oktober 6, 1969 di Minneapolis, Minnesota. Saudara lelakinya, Steve Nesser, adalah seorang pemain skateboard professional. Adrienne pun mengambil jurusan Sosiologi di Universitas Minnesota. Ketika menonton konser Green Day di Minnesota, Adrienne mendatangi Armstrong dan bertanya padanya dimana dia bisa membeli album mereka. Armstrong terpesona dengan rambut hitam dan panjang milik Adrienne. Sejak hari itu, mereka berdua terus melanjutkan kontak mereka dengan berbicara di telfon. Ciuman pertama mereka menjadi inspirasi Armstrong untuk menulis lagu 2,000 Light Years Away. Lagu 80 juga bercerita tentang Adrienne. Armstrong sudah berkunjung ke Minnesota dua kali untuk mengunjungi Adrienne, tetapi, setelah pacaran satu setengah tahun, mereka tidak bisa bersama lagi karena tempat tinggal mereka terlalu jauh.

Setelah Armstrong dan Adrienne bertunangan, mereka merencanakan pernikahan mereka hanya dalam kurun waktu 2 minggu. Pernikahan mereka dilaksanakan di belakang rumah Armstrong selama 5 menit. Mereka berbulan madu di Hotel Claremont, yang hanya berjarak 10 menit dari rumah mereka.

Sekarang ini, Adrienne sering terlihat di belakang panggung ketika Green Day tampil. Dia juga bekerja bersama Billie Joe untuk sebuah record label bernama Adeline Record dan sebuah clothing line bernama Adeline Street


Masa-masa di green day

Di sekolah, Billie dipanggil "Two Dollar Bill", karena dia menjual ganja kepada teman-temannya seharga 2 dollar. Pada tahun 1988, Armstrong membuat band bernama Sweet Children dengan temannya, Mike Dirnt, dan seorang drummer bernama Al Sobrante {John Kiffmeyer}. Pada tahun 1989, mereka mengganti namanya menjadi Green Day, dan membuat rekaman 1,000 Hours, di Lookout! Records. Beberapa bulan kemudian, mereka mengeluarkan sebuah album berjudul "1,039 Smoothed Slappy Hours". Pada tahun 1990, Sobrante keluar dari Green Day karena ingin meneruskan sekolahnya dan digantikan dengan Tré Cool (Frank Edwin Wright III), yang melanjutkan album kedua Green Day, Kerplunk!, memainkan semua lagu kecuali 3 buah lagu.

ALBUM BARU SUPERMAN IS DEAD

EMPAT tahun sudah band punk rock asal Bali, Superman Is Dead (SID), ‘menghilang’. Kini mereka kembali dengan album terbaru, ‘The Angels and The Outsiders‘.

SID sepertinya baru saja melewati masa-masa sulit dalam karier mereka. Konflik di tubuh manajemen dan pukulan peristiwa lain yang mereka alami. Ini bisa dilihat dalam situs resmi SID yang mengatakan, mereka kebingungan dan hampir menyerah.

Diawali dengan pengkhianatan besar, konflik fatal dalam manajemen, kebangkrutan dan ditinggalkan oleh yang tercinta. Dikejar usia, jadilah beban hidup terasa semakin berat dan menghantui setiap inci langkah yang diambil SID. Saat itu SID seperti kehilangan nyawa dan akal sehat. Demikian tulis SID di situs mereka.

Beruntung SID tidak larut dalam kebingungan. 15 lagu dalam album ‘The Angels and The Outsiders‘ milik band yang beranggotakan Bobby Cool (vox/guitar), Eka Rock (bass), dan Jerinx (drum) ini siap membayar penantian panjang fans mereka.
Bukan tanpa alasan SID memberi judul album ketujuh mereka ini ‘The Angels and The Outsiders’. Angels mereka gambarkan sebagai suatu energi yang positif dan semangat yang tulus dari keluarga, sahabat, fans dan kondisi manajemen baru yang mulai membaik.
Sedangkan Outsiders berarti sebutan resmi bagi fans mereka. Setelah sempat tak menentu untuk menyebut penggemar mereka, seperti Sidheads, Siders, Sidiot. Kini SID telah memiliki sebutan resmi bagi fans mereka, Outsiders. SID memang band yang unik. 14 tahun bermain musik dengan mengeluarkan 7 album, tapi tak memiliki julukan resmi untuk penggila mereka.
Track pembuka di album ini sekaligus menjadi hits single pertama mereka yakni lagu berjudul Kuat Kita Bersinar. Di lagu ini SID berkolaborasi dengan anak-anak dari Panti Asuhan Kristen Harapan Dalung Bali ditambah piano dari musisi jazz Erik Sondhy.
Di lagu kedua, kita akan disuguhi kombinasi menyegarkan antara musik punk rock bercampur dengan ska. Tak tanggung-tanggung, band ska sekaliber Shaggy Dog ikut bersama SID mengisi lagu yang berjudul Jika Kami Bersama. Irama musik yang enerjik dan powerful membuat lagu ini berpotensi menjadi salah satu single andalan SID.
Kejutan kolaborasi tidak berhenti sampai di situ. Di album ini, SID banyak mengajak musisi yang bukan berasal dari genre yang sama dengan mereka. Selain berkolaborasi dengan Shaggy Dog dan Erik Sondhy, masih ada pemain biola Sally Jo yang ikut serta dalam lagu Night of The Lonely. Tak ketinggalan Gembul Navicula mengisi suling di lagu Pulang.
Sebagai bukti kecintaan kepada seluruh penggemarnya, SID menuangkan lagu berjudul We Are The Outsiders. Bagian reff yang dinyanyikan secara choirs membuat lagu ini tepat untuk dijadikan mars bagi fans SID.
Masih ada lagu-lagu seperti Saint of My Life yang terasa begitu kental ciri khas SID atau lagu Nights of The Lonely. Distorsi dan sound gitar di album ini akan mengingatkan kita ketika mereka pertama kali menggebrak dunia musik mainstream di tanah air. Apalagi ketukan drum Jerinx yang cepat dan stabil sepanjang lagu membuat kita akan ikut menggerakan kaki kita.
Lagu Luka Indonesia merupakan lagu yang bertemakan nasionalisme ala SID. Di Lagu ini SID menyerukan agar Indonesia tidak pernah menyerah meskipun dalam keadaan terluka. Selain itu masih ada lagu U.T.W yang memiliki ketukan drum yang cepat dan enerjik.
Semua sound band-band influence mereka mulai dari band punk rock senior macam Social Distortion, Bad Religion hingga yang lebih muda seperti MXPX atau The Living End mereka kombinasikan menjadi sebuah sound yang berbeda.
Perbedaan mencolok dibandingkan album sebelumnya adalah pesan-pesan moral yang disampaikan dalam lirik-lirik lagu mereka. Yang mulai berkurang lirik dengan tema individualisme, hedonisme dan perasaan depresi. Yang ada kini adalah kebersamaan dan optimisme.
Lirik yang positif dan optimistis seolah pembuktian bahwa mereka sudah meninggalkan kesan anak muda yang arogan, apatis dan tak mau peduli pada sekitar mereka.